Selasa, 24 Mei 2016

Menyusuri setapak, mendaki bukit Watu Meja



Efektivitas media sosial, dengan viralnya memang mampu dengan cepat memboomingkan segala jenis informasi melalui internet, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Demikian halnya dengan sebuah destinasi wisata bukit bernama Watu Meja yang terletak di Desa Tumiyang Kebasen Banyumas, keelokan pemandangan dari ketinggian puncak bukit dengan cepatnya tersebar melalui jejaring media sosial di internet.
Jalan yang masih seadanya

Indah kah pemandangannya ?

Benar-benar indah kah view yang bisa kita nikmati di bukit Watu Meja ?. Karena rasa penasaran dengan foto-foto yang diposting oleh instagramer dan facebooker di kedua media sosial tersebut, jadilah saya berangkat sendiri ke Desa Tumiyang di Kebasen Banyumas. 

Mengendarai sepeda motor, dari Cilacap menuju desa Tumiyang, saya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit lamanya perjalanan. Kemudian untuk mendaki menuju puncak bukit Watu Meja, sepeda motor harus kita titipkan di penitipan yang ada di kanan kiri jalan Raya Kebasen Purwokerto.

Perjalanan mendaki bukit harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri setapak kecil bertekstur tanah liat yang cukup menguras tenaga untuk seorang Ayah dengan 3 orang anak seusia saya. Maklum lah, meski seorang veteran pendaki gunung, tapi faktor usia yang sudah menginjak kepala 3 ternyata sangat signifikan menggerus tenaga dan kecepatan..hehehe.. 

Jika dibanding mendaki gunung, mendaki bukit ini tergolong lebih ringan, tetapi kenyataannya tetap saja saya agak kepayahan juga dan harus beberapa kali berhenti karena kehabisan nafas dan menyeka keringat yang bercucuran. Rasanya ingin balik turun, tapi karena merasa sayang sudah setengah jalan, akhirnya berjalan pelan-pelan “alon-alon waton kelakon” dengan beberapa kali terhenti beristirahat.
Istirahat di saung-saung sederhana, sembari menikmati minuman ringan dan jajanan

Menjelang puncak bukit, tenaga rasanya benar-benar hampir habis..sebelum sampai di puncak bukit, saya terpaksa beristirahat cukup lama di warung-warung sederhana berupa saung-saung terbuat dari bambu. Melepas lelah dengan membeli minuman ringan dan menyantap sepotong mendoan, istirahat saya kali ini agak lama sembari ngobrol ngalor-ngidul dengan Ibu pemilik warungan tersebut.

Tempat ini ramainya jam berapa Bu ?, tanya saya..karena memang pagi itu agak sepi dan hanya 2 pasang muda-mudi dan saya seorang yang terlihat berada di perjalanan mendaki bukit.

Biasanya ramai setelah jam 15:00, sampai menjelang magrib Mas..demikian jawab si Ibu. 
Kata Ibu pemilik warung juga, pemandangan terlihat elok dan cantik bisa kita nikmati saat menjelang magrib..lampu-lampu di kejauhan akan terlihat cantik mewarnai pemandangan senja dari atas Bukit Watu Meja..

Wah sebenernya sih pingin juga menikmati keremangan senja perkampungan dan sungai Serayu dari atas Bukit, tapi mengingat perjalanan dari parkiran motor sampai ke warung-warung ini, melewati hutan dengan jalan yang belum seutuhnya permanen..tentu saya jadi berfikir 10x ...hehehe..
Panorama Jembatan Rel Kereta Kebasen, dilihat dari puncak Watu Meja
Sedikit beringsut beberapa langkah mendaki dari warung tempat saya beristirahat, akhirnya saya bisa mencapai puncak bukit Watu Meja..Tepat di atas bukit Watu Meja, kelokan sungai Serayu, persawahan, Jembatan kereta api dan kelokan jalan raya di seberang sungai Serayu rasanya mampu menebus rasa lelah saya mendaki bukit ini. 
Kelok sungai Serayu, dilihat dari puncak bukit Watu Meja
Hampir semua rasa lelah rasanya terbayar dengan pemandangan yang saya saksikan dari puncak Bukit Watu Meja. Tetapi meskipun sumringah dengan pemandangan tersebut, tenaga untuk bekal turun tetap saya perhitungkan.. 

Saran mendaki bukit Watu Meja !

Saran saya, jika Anda ingin mengunjungi bukit Watu Meja. Bawalah minuman atau makanan ringan, karena sepanjang jalan menaiki bukit, tidak ada warung-warung penjual minuman atau jajanan. Penjual minuman hanya bisa kita temui menjelang mendekati puncak bukit saja. Mengajak teman , jangan sendirian lebih baik, selain arah dan petunjuk jalan yang masih kurang, mendaki sendirian seperti saya akan terlihat seperti orang kebingungan..hehehehe... 


15 komentar:

  1. Liat potonya aku kebayang ademnya suasana di Watu Meja. Teduh gituuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan adem suasananya Mba, yang saya bayangkan coba kalo dibuat vila-vila dan jogging trak di sekitarnya. Kayaknya bisa jadi destinasi wisata Keluarga..

      Hapus
  2. Jembatannya kelihatan keren dari kejauhan. Perbukitan emang tempat yang paling enak untuk bersantai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, seandainya pakai kamera DSLR atau kamera digital yang bagus pasti hasilnya bisa lebih maksi lagi..

      Hapus
    2. Intinya yang penting kamera hehehehe, kamera hp pun sudah bagus-bagus sekarang :-D

      Hapus
  3. Satu lagi saran saya. Kalau bisa jangan pas musim penghujan kalau ke situ. Nanti jadi wisata prosotan jadinya. Hehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, kalo hujan bisa turun sambil guling-guling kepleset..licin karena tanah liat..

      Hapus
  4. Lumayan juga ya naiknya mas, jenengan aja ngos2an apalagi saya. Tapi nyampe diatas terbayar ya, pemandangannya hijaaauuu

    BalasHapus
  5. Kamu mendaki sendirian? Untung ga kesasar ya :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, kesasar sih kemungkinan nggak Mba..kalau jatuh kepleset mungkin bisa jadi..jalan tanahnya licin..

      Hapus
  6. ya ampuuun mas, liat foto sungai dari ketinggian gitu, dikelilingi gunung, lgs adeeem ngeliatnya ^o^.. jd pgn bgt kesana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, kalau senja malah katanya lebih bagus viewnya.. :-)

      Hapus
  7. memang keren view-nya
    kayaknya pagi2 juga keren disini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, lumayana keren..cuma sayang pengelolaan fasilitas pendukungnya belum maksimal..

      Hapus