Selasa, 01 Maret 2016

Cerita kelam Gerhana matahari tahun 1983

9 Maret 2016, sebagian wilayah Indonesia akan dapat menyaksikan fenomena alam terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT). Gerhana matahari total tergolong langka dan hanya terjadi dalam siklus sekian puluh tahun sekali saja.
Fenomena gerhana matahari total terjadi ketika bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga bayang-bayang bulan akan jatuh pada permukaan bumi.

Gerhana Matahari Total, foto ; liputan6.com

Gerhana matahari total terakhir terjadi pada 24 Oktober 1995, jadi sangat sayang untuk melewatkan terjadinya gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 nanti.

Tidak semua wilayah di Indonesia akan bisa menyaksikan terjadinya gerhana matahari total pada 9 Maret 2016, GMT hanya akan dapat disaksikan dari sebagian area di Tanah air seperti : Lubuk Linggau, Palembang, Koba, Toboali, Manggar, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Poso, Palu, Ternate, Tidore, Sofifi, Jailolo, Kao dan Maba.

Namun jika Anda kebetulan tidak berada di daerah tersebut, rasanya tidak perlu berkecil hati. Saluran-saluran televisi Nasional maupun Internasional pasti tidak akan melewatkan moment tersebut begitu saja untuk ditayangkan.
Proses terjadinya GMT, sumber gbr : detik.com
Akan tetapi jika Anda kebetulan memiliki waktu luang dan tentunya uang lebih, mengunjungi daerah-daerah tersebut untuk ikut menyaksikan fenomena langka bersejarah GMT juga tidak ada salahnya.

Berbagai mitos gerhana matahari

Salah satu hal yang cukup menarik dari setiap peristiwa gerhana matahari ialah selalu munculnya mitos tersendiri yang dikaitkan dengan gerhana matahari total. Bahkan mitos-mitos tersebut tidak hanya muncul di Indonesia, di negara lain di belahan bumi lainnya juga muncul mitos-mitos terkait fenomena gerhanan matahari total.
Matahari dan bulan ditelan Batara Kala, sumber foto detik.com
Di Indonesia sendiri, masyarakat kuno pernah meyakini bahwa gerhana matahari total terjadi karena matahari hilang ditelan oleh raksasa bernama Batara Kala. Masyarakat meyakini bahwa Batara Kala menelan matahari (Dewa Surya) dan bulan (Dewa Candra) dikarenakan bidadari khayangan yang menjadi incaran Batara Kala bersembunyi di belakang matahari dan bulan. Cerita tersebut muncul dan berkembang karena kebudayaan Hindu masuk di Indonesia pada abad ketiga.

Mitos Gerhana matahari total di Tiongkok bercerita sedikit berbeda, jika di Indonesia matahari ditelan oleh Batara Kala. Sedangkan di Tiongkok, masyarakatnya meyakini bahwa matahari dan bulan hilang dan gelap dikarenakan ditelan oleh seekor Naga. Oleh karena masyarakat Tionghoa memiliki mitos dan kepercayaan tersendiri, maka pada 9 Maret 2016 di Palembang akan dipentaskan atraksi berupa seekor Naga menelan Matahari.

Cerita kelam gerhana matahari tahun 1983

Cerita kelam, sebutlah demikian..karena ketika itu pada 11 Juni 1983 saat itu saya masih berumur 6 Th. Yang saya ingat saat itu terjadi gerhana matahari total, sedangkan daerah yang dilewati gerhana matahari saat itu yaitu beberapa Propinsi di Indonesia seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Masyarakat modern justru beramai-ramai menyaksikan GMT dengan kacamata UV
Bagaimana bisa disebut memori kelam ?. Karena kelamnya ilmu pengetahuan masyarakat Indonesia saat itu, disaat ribuan astronom dari luar negeri berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari total, disaat itu juga berjuta-juta penduduk Indonesia justru bersembunyi di dalam rumah dengan korden yang tertutup rapat..termasuk saya.

Pemerintah saat itu memberikan arahan dengan melarang masyarakat Indonesia tidak keluar rumah selama gerhana matahari total terjadi, larangan dikarenakan sinar matahari yang sedang tertutup bulan bisa mengakibatkan kebutaan jika kita menatapnya secara langsung.

Ketika itu, aparat keamanan menjaga ketat dan berpatroli untuk memastikan tidak ada masyarakat yang berada di luar rumah, pemerintah menganjurkan agar masyarakat menyaksikan gerhana matahari total melalui stasiun televisi saja yaitu TVRI. Yang saat itu disiarkan langsung oleh TVRI dari komplek Candi Borobudur magelang.

Nah, jika Anda ingin kembali menyaksikan gerhana matahari total lagi dari komplek Candi Borobudur Magelang, Anda bisa menyaksikannya pada tahun 2100 yang akan datang.